Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Resesi Adalah: Mengenal Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Barangku.id - Warga Indonesia akhir-akhir ini tengah digegerkan dengan kata 'Resesi'. Begitu populernya istilah ini, sampai-sampai banyak orang yang tidak siap menyambut tahun 2023. Bahkan ada yang sampai merasa takut menghadapi tahun baru ini. Pasalnnya, Ibu Mentri keuangan Indonesia mengatakan akan ada Resesi di tahun 2023.

Sebelum lebih lanjut, mari bersama kita fahami dulu apa itu resesi.

Resesi Adalah

resesi adalah
Arti resesi dan cara menghadapi
resesi ekonomi

Lantas apa sih sebenarnya Resesi itu? Resesi adalah bagian dari siklus ekonomi dan hal ini normal terjadi.

Ilustrasi mudah nya seperti hujan badai yang akan datang secara alami dari waktu ke waktu. Hujan badai ini, bisa membuat Anda basah kuyup dan lebih parahnya bisa jadi Anda akan terkena flu akibat dampak dari hujan badai tersebut. 

Jangan khawatir, seperti dalam sebuah istilah yang kita tahu "badai pasti berlalu" pun demikian dengan resesi. Resesi bukanlah permanen dan akan terlewati.

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Terdapat beragam faktor penyebab dari terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara. Diantaranya, Inflasi, deflasi yang berlebihan, goncangan ekonomi yang mendadak, perkembangan teknologi, produksi dan konsumsi yang tidak seimbang, tingkat pengangguran yang tinggi, dan lain-lainnya.

Maka secara poin besarnya, resesi adalah adanya situasi yang muncul karena ketidakstabilan perekonomian yang ada di suatu negara tersebut.

Dampak dari Resesi Ekonomi

Dampak adanya resesi akan mengenai berbagai sektor, seperti di pemerintahan misalnya. Meningkatnya angka pengangguran, menurunnya nominal jumlah PPN yang masuk ke kas negara. Sementara negara dituntut untuk terus melakukan pembangunan di berbagai sektor.

Baca juga: Pilihan usaha sampingan pulang kerja bisa menambah pemasukan

Disektor perusahaan, dengan adanya resesi ini besar kemungkinan perusahaan - perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Dan ini akan berakibat juga kepada para pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan, dan lain-lainnya.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara mengatasi resesi ekonomi dan seberapa siapkah kita menghadapi badai resesi ini? 

Untuk menjawab pertanya ini, maka tidak ada cara lain selain mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin dalam menghadapi resesi ekonomi yang diprediksi banyak orang bakal terjadi. 

Cara Menghadapi Resesi Ekonomi 

Resesi adalah keadaan yang bisa mengancam di banyak sektor perekonomian dunia termasuk Indonesia. Akan tetapi bukan tidak mungkin resesi ekonomi tersebut tidak bisa ditanggulangi. Berikut beberapa poin yang bisa Anda lakukan dalam mengatasi resesi ekonomi jika terjadi.

Yaitu, dengan memulai persiapan keuangan yang sehat sedari sekarang dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mari kita lindungi sumber rezeki atau pendapatan kita

Bersyukurlah jika Anda saat ini memiliki pekerjaan yang dari perkerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan tetap. Syukuri dan terus rawat pekerjaan Anda agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat diluar sana pada saat ini masih banyak yang belum memiliki pekerjaan tetap.

Buat yang belum memiliki pekerjaan, tidak ada kata terlambat, yuk sama-sama kita mulai berikhtiar lebih keras lagi.

Baca juga: 6 Kelemahan usaha gorengan dan tips meminimalisir kerugian

Anda tahu, hal yang mengerikan ( baca: menurut Penulis) dari terjadinya resesi ini adalah terjadinya gelombang PHK. 

Survey yang dilakukan oleh OJK tekait seberapa lama orang Indonesia mampu bertahan ketika tiba-tiba kehilangan penghasilan, tentu hal ini tidak bersama dengan adanya hutang ya:

  • 19.20 % Bertahan kurang dari 1 minggu.
  • 26.80 % Bertahan 1 minggu - 1 bulan.
  • 18.00 % Bertahan 1 bulan - 3 bulan.
  • 5.80 % Bertahan 3 bulan - 6 bulan.
  • 8.60 % Bertahan lebih dari 6 bulan.
  • 19.90 % Menjawab tidak tahu.
  • 1.70 % Menolak menjawab.
Coba sejenak kita renungkan hasil servey OJK di atas, tentu angka ini masih jauh dari kata aman untuk kita yang akan menghadapi resesi.

Resesi adalah prihal menjawab kondisi diri sendiri, seberapa lama kita mampu bertahan kalau penghasilan kita hilang? Silahkan berikan jawabannya kepada diri kita masing-masing.

2. Persiapkan dana darurat untuk antisipasi

Sebenarnya persiapan dana darurat tidak hanya berlaku ketika akan menghadapi resesi saja. Jadi, ada dan tidaknya resesi dana darurat ini tetap harus ada. 

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Misalnya saja (nu'uzubillah) terkena sakit, kecelakaan, dan lain-lain yang itu semua membutuhkan dana yang mungkin nominalnya tidaklah sedikit.

Lalu berapa sih besaran nominal dana darurat yang perlu dipersiapkan. Berikut ini tips menghitung besaran dana darurat yang bisa Anda jadikan ukuran:

DANA DARURAT = (pengeluaran per bulan x (n) bulan

  • Lajang = 4 Bulan
  • Menikah tanpa anak = 6 Bulan
  • Menikah dengan 1 orang anak = 9 Bulan
  • Menikah dengan 2 orang anak = 12 Bulan (diimbangi dengan memiliki bisnis owner dan freelancer)
Contoh: 

Lajang: Pengeluaran dalam setiap bulan sebesar Rp. 1.500.000 x 4 bulan = Rp. 6.000.000

Maka, jika Anda seorang yang masih lajang dana darurat yang perlu dipersiapkan adalah sebesar Rp. 6.000.000. Selanjutnya silahkan dihitung dengan melihat kondisi Anda apakah masih lajang dan seterusnya dan seberapa besar pengeluaran Anda ditiap bulannya.

Tips mengumpulkan dana darurat

  1. Niat yang kuat.
  2. Sisihkan 10 % dari penghasilan yang Anda miliki.
  3. Buat target realistis.
  4. Gunakan instrumen keuangan yang kualifikasinya: Pertama, liquid. Kedua, tidak fluktuatif, dan ketiga, mudah diakases.
  5. Buat slot khusus dana darurat agar tidak tercampur dengan dana lainnya.
  6. Ketika dana darurat terpakai, top up lagi.

3. Cashflow yang sehat ngak ada istilah nombok

Bijak dalam mengatur pendapatan untuk digunakan sebagaimana mestinya. Harus ada takaran yang sudah ditetapkan. Contoh: 

  • 50% dari penghasilan digunakan untuk yang namanya kebutuhan. Seperti: Makanan sehari-hari, listrik, groceries, air, spp anak-anak, pulsa dan lain-lain.
  • 30% dari penghasilah digunakan untuk yang disebut keinginan. Seperti: Baju baru, sepatu baru, dan apapun yang sekiranya anda inginkan selama masih dalam batasan wajar.
  • 20% kemudian dari sisi penghasilan anda gunakan untuk menabung dan investasi. Seperti: Dana darurat, dana pensiun, dana pendidikan, dana haji, dana rumah, dan lain-lain.

3. Hutang harus berada dibatas aman

Hutang akan menjadi masalah yang cukup urgen. Pasalnya, sedikit atau banyak dari dana keuangan akan tergerus untuk membayar hutang tersebut dan disaat resesi hal ini sangat tidak baik bagi kondisi keuangan.

Sebisa mungkin hindari hutang saat akan menghadapi resesi. Boleh saja berhutang asal hutang tersebut masih berada pada batas aman.

Lalu, seperti apa hutang berada dibatas aman itu? Mudah nya seperti ini. Boleh saja berhutang asal terpenuhi syarat berikut ini:

  1. Sanggup bayar cicilan hutang. Ingat kaidahnya tidak lebih dari 30% dari penghasilan
  2. Pastikan berhutang dengan tujuan yang tepat. Bukan sekedar memenuhi gengsi
  3. Pastikan tempat meminjam uang legal dan aman
  4. Tahu dengan detail total hutang tersebut dan bunganya jika ada

4. Punya asuransi yang baik

Ternyata fakta dilapangan, orang Indonesia belum siap menghadapi resesi. Kenapa demikian? Diantara dari sekian banyak jawabanya adalah:

  1. Di negara Indonesia hanya 26% yang mempunyai dana darurat.
  2. Cuma 8% yang benar-benar melakukan budgeting disetiap bulan dan mematuhinya.
  3. 58% pengguna kartu kredit di Indonesia dipergunakan hanya untuk bayar tagihan minimum
  4. 78% tidak punya persiapan asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa.
  5. 41% orang Indonesia salah mendefinisikan arti kaya.

Maka mitigasi resiko disini cukup penting karena kita semua tidak ada yang bisa menjamin terlepas dari resiko kehidupan. 

Diantara resiko kehidupan yang wajib diketahui adalah :

  • Sakit yang membutuhkan biaya besar. Maka asuransi di sini berfungsi sebagai pengganti biaya berobat agar aset lainnya tetap aman dan terjaga.
  • Sakit keras di usia produktif. Sama, asuransi sebagai langkah kehati-hatian untuk biaya pengobatan sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang.
  • Meniggal dunia diusia produktif. Disini asuransi berfungsi sebagai pencari nafkah bukan pengganti nyawa. Agar tetap memberi nafkah untuk keluarga yang kita nafkahi.

5. Investasi yang imbal hasilnya mampu melawan inflasi

Tujuan terkecil dari investasi adalah agar kondisi keuangan kita tidak tergerus oleh inflasi. Secara global inflasi di Indonesia berada pada angka 5.95%.

Pertanyaannya, berapa imbal hasil investasi yang kita miliki saat ini? Apakah sudah berada diatas angka inflasi yang ada di Indonesia? Yuk, coba kita kroscek lagi.

Maka harus ada tujuan besar yang dimiliki saat berinvestasi, terlepas dimana pun Anda menanam investasi itu.

Kesimpulan

Tidak perlu khawatir untuk menghadapi sesuatu yang belum pasti terjadi, termasuk resesi. Namun kita sebagai manusia juga harus bijak menyikapi segala sesuatu yang akan terjadi, yaitu dengan terus berupaya memitigasi atau meminimalisir resiko.

Setidaknya kita tetap terus berikhtiar menghadapi resesi ekonomi dengan menerapkan 5 cara menghadapi resesi ekonomi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Sumber: Ringkasan dari hasil Webinar bersama Dana Syariah dengan tema Resesi Tanpa Worry!